FILOSOFI KEPEMIMPINAN DIBALIK TEMBANG “GUNDUL-GUNDUL PACUL”

Seorang pemimpin harus memiliki motivasi sebelum memotivasi orang lain. Ia tidak dapat memotivasi orang lain jika dia sendiri tak memilikinya. Sikap seorang pemimpin akan berpengaruh langsung terhadap sikap karyawan. Oleh karena itu, pemimpin harus mampu mengendalikan suasana hati dan menunjukkan hanya sikap yang positif dan menghindarkan hal-hal yang bersifat negatif.

 

Sahabat Semesta MASIH ingatkah dengan tembang jawa “GUNDUL-GUNDUL PACUL”?, Tembang ini mengandung filosofi sederhana tapi sangat mulia. Berikut ini lirik lagu tersebut:

 

“ Gundul gundul pacul – cul, gembelengan..

Nyunggi-nyunggi wakul – kul, gembelengan…

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar…

 

Tembang ini menurut sejarahnya diciptakan pada tahun 1400-an oleh Kanjeng Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yang dalam dan sangat mulia. Adapun makna filosofi adalah sebagai berikut:

 

GUNDUL

GUNDUL merupakan sebutan yang diberikan pada seseorang yang kepalanya plontos tidak memiliki rambut.

Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang.
Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala.
Maka GUNDUL memiliki makna “KEHORMATAN YANG TANPA MAHKOTA”

 

PACUL

Sedangkan PACUL nama lainnya cangkul yaitu sebuah benda yang terbuat dari lempeng besi segi empat yang biasanya digunakan oleh petani untuk mencangkul sawah dan sebagainya.
PACUL adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah kaum petani

Jadi GUNDUL PACUL mengandung makna bahwa “seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah seorang pembawa pacul untuk mencangkul dan mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya”

 

Orang Jawa mengatakan PACUL adalah PAPAT KANG UCUL (empat yang lepas) artinya bahwa  kemuliaan seseorang akan sangat tergantung 4 (empat) hal, yaitu:
bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.

1)        Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat

2)        Telinga digunakan untuk mendengar nasehat

3)        Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan

4)        Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya

 

 

GEMBELENGAN

GEMBELENGAN artinya: besar kepala, sombong serta suka bermain-main dalam menggunakan kehormatannya (menyalahgunakan kewenangannya).
Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah rakyat. Tetapi dia malah:

1. Menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya.

2. Menggunakan kedudukannya untuk berbangga-bangga di antara manusia.

3. Dia menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya.

 

NYUNGGI WAKUL

NYUNGGI WAKUL mengandung makna seseorang yang membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya.

Banyak pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting membawa bakul di kepalanya.

 

WAKUL merupakan simbol kesejahteraan rakyat, kekayaan negara dan sumberdaya, yang di dalamnya berisi PAJAK. Hal ini berarti bahwa kepala yang dia anggap kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat.
Siapa yang lebih tinggi kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul? Tentu saja pemilik bakul sedangkan pembawa bakul hanyalah pembantu si pemiliknya.

 

 

WAKUL NGGLIMPANG SEGANE DADI SAK LATAR

Masih banyak pemimpin yang masih gembelengan (melenggak lenggokkan kepala dengan sombong dan bermain-main) akibatnya WAKUL NGGLIMPANG SEGANE DADI SAK LATAR artinya bakul terguling dan nasinya tumpah ke mana-mana.
Jika pemimpin gembelengan, maka sumber daya akan tumpah ke mana-mana. Dia tak terdistribusi dengan baik. Kesenjangan ada dimana-mana. Nasi yang tumpah di tanah tak akan bisa dimakan lagi karena kotor. Maka gagallah tugasnya mengemban amanah rakyat.

 

Semoga kita jadi pribadi yang memiliki integritas sehingga siap menjadi suri tauladan dimanapun kita berada. Semoga dapat menjadi inspirasi…

 

Wallahua’lam (Salam Sukses – Al Fakir)